Sebuah Pemikiran

Pikiran ku masih termenung kala melihat hari ini yang masih saja mendung.
Seharusnya ini sudah memasuki musim kemarau, dan langit sudah tidak lagi kelabu.

Pagi ini masih seperti pagi hari lainnya, yang tidak ada istimewa.
Hei aku bukan nya tidak bersyukur.. Tapi ini hanya lamunan ku saja tentang hari hari biasa ini.

Seperti insan lainnya, pagi hari ini aku bergelut dengan kemacetan ibu kota. Heran dengan situasi ini yang seperti layaknya seorang manusia yang semakin bertumbuh. Macet setiap tahun nya semakin saja bertambah, mungkin saat ini dia lagi di usia nya yang paling labil. Membuat orang frustasi menghadapinya.

Terkadang ku berfikir, apa yang kulakukan pagi-pagi ini hingga terjebak diantara manusia-manusia peng-klakson barbar yang tak sabar dengan kemacetan. Apa yang ku tuju? Apa yang kucari?
Mengapa tiap-tiap manusia ini melakukan hal yang sama di pagi harinya? Ada yang pergi dari pagi-pagi buta.. dari jarak yang berpuluh puluh kilometer hanya menuju Jakarta.

Untuk bekerja? Apa yang mereka cari? Apakah materi? Apakah kepuasan diri?

Aku sendiri bingung menjawab itu terhadap diriku sekarang. Karena aku juga pelaku dari itu semua.
Apakah mereka juga pernah berpikir sama dengan yang aku pikirkan pagi hari ini?

Aku tak pernah menemukan jawaban nya, untuk mendapat materi? Ya ku akui itu benar.. tapi hanya beberapa minggu saja dia bertahan. Dan setelahnya berharap bulan cepat berlalu dan berganti.

Untuk apa aku melakukan pekerjaan? Apakah aku berpikir demikian karena aku seorang yang malas?
Aku rasa tidak, aku suka bekerja, aku suka melakukan kesibukan. Tapi untuk ini, pergi ketempat tujuan ku yang sama setiap senin hingga jumat pagi ini.. aku tidak tahu untuk apa?

Ataukah aku harus keluar?
Lalu setelahnya apa?
Atau aku hanya sekedar bosan?
Apa mungkin istirahat sejenak dari kegiatan sejenis ini membantu ku?

Atau aku yang memang kurang bersyukur?

Komentar

Postingan Populer